Kamis, 09 Agustus 2012

Caskiat, Nelayan Sederhana Pro Pendidikan


Pekerjaan saya memberikan kesempatan untuk berkunjung ke daerah-daerah, salah satunya adalah ke desa Gebang Mekar di Kabupaten Cirebon pada tahun lalu. Di desa ini ada satu keluarga sederhana, yang sering dijadikan teladan masyarakat setempat dalam keberhasilan pendidikan anak-anaknya.
Keluarga tersebut adalah keluarga Caskiat (52). Caskiat adalah tipikal seorang nelayan tulen. Lahir di Brebes dari keluaga petani kemudian sempat menjadi nelayan di Cilacap, sampai akhirnya ketemu jodoh di Gebang Mekar, dan terus menekuni profesi sebagai nelayan sampai kini. Saat masih muda, hampir tiap hari ia pergi melaut.
Kehidupan keluarganya terbilang pas-pasan, tetapi bicara soal pendidikan anak, keluarga ini memang patut menjadi contoh. Anak pertamanya adalah lulusan Perikanan IPB kini bekerja di Departemen Kelautan dan Perikanan yang ditempatkan di Bangka, anak kedua juga lulusan IPB jurusan pengolahan hasil laut, juga kini ditempatkan di pemerintah daerah Belitung. Anak ke-3 kini masih kuliah di jurusan gizi Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto, anak ke-4 memilih menjadi nelayan sepeti dirinya, dan anak ke-5 masih duduk di bangku SMA.
Pola pengasuhan di keluarga Caskiat memang memprioritaskan pendidikan, tetapi di sisi lain ia membebaskan anak-anaknya memilih jalan hidupnya. Menurut Caskiat, tiap anak telah memiliki bakat masing-masing, meskipun orang tua mengarahkan anaknya untuk menempuh suatu jalan—pendidikan—tetapi jika si anak tidak berminat, akan gagal. Caskiat memang keluarga yang lengkap, tiga anaknya berhasil mengenyam pendidikan tinggi, tetapi adapula anaknya yang terjun sebagai nelayan.
Masa rawan pendidikan anak menurut Caskiat adalah ketika anak memasuki jenjang pendidikan SMP, berdasar pengalaman anak ke-empatnya yang DO ketika SMP, setelah SMP dilewati, anak cenderung lebih mudah diatur. Tetapi Caskiat tetap menghargai pilihan anak, mau jadi apapun asal ia siap bertanggung jawab. Sebab satu cara mengasuh anak berhasil, belum tentu berhasil buat yang lainnya. Misalnya, agar anak seneng sekolah, Caskiat secara sengaja suka membawa anak-anak laki-lakinya melaut ketika musim badai, sehingga memungkinkan suasana laut menjadi sangat mencekam, ada halilintar, ombak, dan hujan badai. Cara ini digunakan Caskiat agar anak-anak laki-lakinya tidak berminat menjadi nelayan, dan ternyata sebagian berhasil, mereka tidak mau jadi nelayan, tetapi bagi anak ke empat, suasana menantang di tengah laut justru menjadi kesenangannya sehingga ia lebih suka jadi nelayan seperti dirinya.
Dalam perjalanan mengantarkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tentu saja Caskiat mengalami aneka suka duka. Pernah suatu waktu ketika anak keduanya masuk IPB, ia tidak memiliki uang sepeserpun, padahal ia sangat perlu uang untuk pendaftaran anaknya. Tidak mau menggangu kegembiraan anaknya yang sedang senang karena diterima di IPB, ia tidak mengatakan bahwa sedang tidak punya uang saat itu, yang berarti Caskiat tidak akan bisa bayar uang pendaftaran, yang berarti pula anaknya tidak akan jadi masuk IPB. Tak dinyana, di tengah kebimbangannya tersebut, dalam suatu kesempatan ia mendapat kabar ada orang yang sedang mencari perahu. Akhirnya ditawarkanlah perahu miliknya yang memang masih baru untuk ditukar tambah. Akhirnya didapatlah uang Rp 5 juta, yang lebih dari cukup untuk digunakan dalam pendaftaran anaknya ke IPB. Kejadian ini baru ia ceritakan ke anaknya setelah ia punya uang tersebut.
Setelah anak pertama dan kedua mandiri, mereka juga membantu adik-adiknya, sehingga pembiayaan pendidikan keluarga itu menjadi lebih ringan. Hal ini berdasarkan kerelaan saja, Caskiat tidak mengarahkan secara khusus, apalagi saat ini mereka sudah paa berkeluarga. Untuk membantu memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dan rmah tangga, istri Caskiat juga melakoni usaha jual-beli ikan. Ikannya diambil dari tempat pelelangan ikan di Brebes lalu dijual di pasar Gebang Mekar. Sebab bila beli dari bakul-bakul di Gebang Mekar harganya sudah kemahalan, sehingga jatuh harganya ke konsumen menjadi mahal dan tidak kompetitif lagi. Jadi, saat pagi Caskiat pergi melaut sedang istrinya pergi menjual ikan di pasar. Otomatis pengasuhan anak diserahkan ke lingkungan dan bakat masing-masing anak. Caskiat sangat percaya bahwa setiap anak memiliki bakat (garis hidup, pen.) masing-masing. Dia merasa bahwa ia hanya memberikan sentuhan pendidikan anak sedikit saja. Betapa tidak, pagi melaut pulangnya sore atau bahkan malam lagi. Belum lagi istrinya melakoni hal yang sama. Pagi pergi beli ikan, kemudian menjualnya sampai sore hari. “Hanya kekuasaan Tuhan saja yang bisa membimbing anak-anak sehingga bisa sampai seperti sekarang,” ungkapnya.
Sembari melakoni hidup yang terus bergulir sebagai nelayan di pesisir Cirebon, Caskiat berharap semua anak-anaknya bisa sukses dalam hidupnya dan berguna bagi masyarakat.
***

1 komentar:

Anonim mengatakan...

The best casino site for 2021 with the best bonuses
The best casino site for 2021 with the best bonuses · 1. The Borgata · 2. Borgata Sportsbook · 3. Betway · 4. Betway luckyclub.live · 5. 888 Sportsbook.