Pekerjaan
saya memberikan kesempatan untuk berkunjung ke daerah-daerah, salah satunya
adalah ke desa Gebang Mekar di Kabupaten Cirebon pada tahun lalu. Di desa ini
ada satu keluarga sederhana, yang sering dijadikan teladan masyarakat setempat dalam
keberhasilan pendidikan anak-anaknya.
Keluarga
tersebut adalah keluarga Caskiat (52). Caskiat adalah tipikal seorang nelayan
tulen. Lahir di Brebes dari keluaga petani kemudian sempat menjadi nelayan di
Cilacap, sampai akhirnya ketemu jodoh di Gebang Mekar, dan terus menekuni
profesi sebagai nelayan sampai kini. Saat masih muda, hampir tiap hari ia pergi
melaut.
Kehidupan
keluarganya terbilang pas-pasan, tetapi bicara soal pendidikan anak, keluarga
ini memang patut menjadi contoh. Anak pertamanya adalah lulusan Perikanan IPB
kini bekerja di Departemen Kelautan dan Perikanan yang ditempatkan di Bangka,
anak kedua juga lulusan IPB jurusan pengolahan hasil laut, juga kini
ditempatkan di pemerintah daerah Belitung. Anak ke-3 kini masih kuliah di
jurusan gizi Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto, anak ke-4 memilih
menjadi nelayan sepeti dirinya, dan anak ke-5 masih duduk di bangku SMA.
Pola
pengasuhan di keluarga Caskiat memang memprioritaskan pendidikan, tetapi di
sisi lain ia membebaskan anak-anaknya memilih jalan hidupnya. Menurut Caskiat,
tiap anak telah memiliki bakat masing-masing, meskipun orang tua mengarahkan
anaknya untuk menempuh suatu jalan—pendidikan—tetapi jika si anak tidak
berminat, akan gagal. Caskiat memang keluarga yang lengkap, tiga anaknya
berhasil mengenyam pendidikan tinggi, tetapi adapula anaknya yang terjun
sebagai nelayan.
Masa
rawan pendidikan anak menurut Caskiat adalah ketika anak memasuki jenjang
pendidikan SMP, berdasar pengalaman anak ke-empatnya yang DO ketika SMP,
setelah SMP dilewati, anak cenderung lebih mudah diatur. Tetapi Caskiat tetap
menghargai pilihan anak, mau jadi apapun asal ia siap bertanggung jawab. Sebab
satu cara mengasuh anak berhasil, belum tentu berhasil buat yang lainnya.
Misalnya, agar anak seneng sekolah, Caskiat secara sengaja suka membawa
anak-anak laki-lakinya melaut ketika musim badai, sehingga memungkinkan suasana
laut menjadi sangat mencekam, ada halilintar, ombak, dan hujan badai. Cara ini
digunakan Caskiat agar anak-anak laki-lakinya tidak berminat menjadi nelayan,
dan ternyata sebagian berhasil, mereka tidak mau jadi nelayan, tetapi bagi anak
ke empat, suasana menantang di tengah laut justru menjadi kesenangannya
sehingga ia lebih suka jadi nelayan seperti dirinya.
Dalam
perjalanan mengantarkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
tentu saja Caskiat mengalami aneka suka duka. Pernah suatu waktu ketika anak
keduanya masuk IPB, ia tidak memiliki uang sepeserpun, padahal ia sangat perlu
uang untuk pendaftaran anaknya. Tidak mau menggangu kegembiraan anaknya yang
sedang senang karena diterima di IPB, ia tidak mengatakan bahwa sedang tidak
punya uang saat itu, yang berarti Caskiat tidak akan bisa bayar uang
pendaftaran, yang berarti pula anaknya tidak akan jadi masuk IPB. Tak dinyana,
di tengah kebimbangannya tersebut, dalam suatu kesempatan ia mendapat kabar ada
orang yang sedang mencari perahu. Akhirnya ditawarkanlah perahu miliknya yang
memang masih baru untuk ditukar tambah. Akhirnya didapatlah uang Rp 5 juta,
yang lebih dari cukup untuk digunakan dalam pendaftaran anaknya ke IPB.
Kejadian ini baru ia ceritakan ke anaknya setelah ia punya uang tersebut.
Setelah
anak pertama dan kedua mandiri, mereka juga membantu adik-adiknya, sehingga
pembiayaan pendidikan keluarga itu menjadi lebih ringan. Hal ini berdasarkan
kerelaan saja, Caskiat tidak mengarahkan secara khusus, apalagi saat ini mereka
sudah paa berkeluarga. Untuk membantu memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dan
rmah tangga, istri Caskiat juga melakoni usaha jual-beli ikan. Ikannya diambil
dari tempat pelelangan ikan di Brebes lalu dijual di pasar Gebang Mekar. Sebab
bila beli dari bakul-bakul di Gebang Mekar harganya sudah kemahalan, sehingga
jatuh harganya ke konsumen menjadi mahal dan tidak kompetitif lagi. Jadi, saat
pagi Caskiat pergi melaut sedang istrinya pergi menjual ikan di pasar. Otomatis
pengasuhan anak diserahkan ke lingkungan dan bakat masing-masing anak. Caskiat
sangat percaya bahwa setiap anak memiliki bakat (garis hidup, pen.)
masing-masing. Dia merasa bahwa ia hanya memberikan sentuhan pendidikan anak
sedikit saja. Betapa tidak, pagi melaut pulangnya sore atau bahkan malam lagi.
Belum lagi istrinya melakoni hal yang sama. Pagi pergi beli ikan, kemudian
menjualnya sampai sore hari. “Hanya kekuasaan Tuhan saja yang bisa membimbing
anak-anak sehingga bisa sampai seperti sekarang,” ungkapnya.
Sembari
melakoni hidup yang terus bergulir sebagai nelayan di pesisir Cirebon, Caskiat
berharap semua anak-anaknya bisa sukses dalam hidupnya dan berguna bagi
masyarakat.
***
1 komentar:
The best casino site for 2021 with the best bonuses
The best casino site for 2021 with the best bonuses · 1. The Borgata · 2. Borgata Sportsbook · 3. Betway · 4. Betway luckyclub.live · 5. 888 Sportsbook.
Posting Komentar